Wilayah Sungai / WS Bengawan
Solo
Bengawan Solo adalah sungai terpanjang di pulau Jawa
yang mempunyai panjang sekitar 548 km yang memanjang dari hulu di Wonogiri
sampai hilirnya di pantai utara jawa tepatnya di daerah Gresik. Pada awal
pembentukannya, Bengawan Solo merupakan sungai yang mengalir menuju pantai
selatan Jawa.
Namun karena terjadi pengangkatan Southern Mountains akibat pertemuan lempeng Indo-Australia dengan Lempeng Eurasia, alirannya berbalik ke utara.
Namun karena terjadi pengangkatan Southern Mountains akibat pertemuan lempeng Indo-Australia dengan Lempeng Eurasia, alirannya berbalik ke utara.
Wilayah
Sungai Bengawan Solo, terletak di Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Jawa Timur
yang berada pada 110o 18’ BT— 112o 45’ BT dan 6o 49’ LS— 8o 08’ LS.
Berdasarkan wilayah administrasi, DAS Solo
mencakup 2 provinsi dan 16 kabupaten, yaitu Provinsi Jawa Tengah dengan 8
kabupaten: Wonogiri, Sukoharjo, Sragen, Karanganyar, Klaten, Boyolali, Blora
dan sebagian kecil Salatiga serta Provinsi Jawa Timur dengan 8 kabupaten:
Madiun, Ngawi, Pacitan, Bojonegoro, Lamongan, Gresik, Ponorogo dan Magetan.
Ketersediaan air di WS ini sebesar + 18,61 milyar
m3. Jumlah penduduk di WS Bengawan Solo
berjumlah 16,03 juta jiwa (2005),dengan kepadatan 755 jiwa/km2. WS Bengawan
Solo merupakan daerah yang beriklim tropis, dimana musim kemarau terjadi
sekitar bulan Mei – Oktober sedangkan musim hujan terjadi pada bulan Nopember –
April, dengan kelembaban rata-rata 80%, suhu bulanan rata-rata 26,7°C, lama
penyinaran rata-rata bulanan 6,3 jam, kecepatan angin rata-rata bulanan 1,2
m/det.
Berdasarkan Permen PU No.11A Tahun 2006,
WS Bengawan Solo merupakan WS lintas provinsi (Jawa Tengah dan Jawa Timur) yang
kewenangan pengelolaannya berada di Pemerintah Pusat. Luas total WS Bengawan
Solo sekitar 19.783 km2, terdiri dari 4 DAS :
1.
DAS Bengawan Solo seluas
16.100 km2
2.
DAS Kali Grindulu, K. Teleng
dan K. Lorog seluas 1.522 km2
3.
DAS kecil di kawasan pantai
utara Jawa Timur (DAS K. Semawun, K.Goneng, K. Wungu, K. Sondang) seluas 1.441 km2
4.
DAS Kali Lamong seluas 720
km2
Sungai
Bengawan Solo merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa (600 km) yang mengalir
dari Peg. Sewu di Barat-Selatan Surakarta ke Laut Jawa di utara Surabaya,
dengan luas DAS 16.100 km2, yang terdiri atas :
1. Sub DAS Bengawan Solo Hulu (6.702 km2)
2. Sub DAS Bengawan Solo Hilir (6.273 km2)
3. Sub DAS Kali Madiun (3.755 km2)
KONDISI LINGKUNGAAN
Wilayah Administrasi : meliputi wilayah
Kabupaten Klaten, Sukoharjo, Wonogiri, Karanganyar, Sragen,
Boyolali, Kota Surakarta dan Kabupaten Blora.
Iklim : SWS Solo di Jawa
Tengah termasuk dalam daerah tropis dengan tipe ikiim menurut Koppen
sebagian besar adalah Am. Suhu rata-rata bulanan diatas 27,4 °C, kelembaban udara
rata-rata sekitar 66%, lama penyinaran matahari selama 10,8 jam/hari, kecepatan
angin rata-rata 1,4 m/detik dan evapotranspirasi rata-rata sekitar 4,3 mm/hari.
Tanah : Oleh perbedaan faktor-faktor
lingkungan pembentukan tanah (iklim, vegetasi, topografi, batuan, dan waktu)
akan menimbulkan perbedaan sifat dan jenis tanah yang terbentuk. Jenis-jenis tanah
yang ada di daerah penelitian adalah: (1) Regosol (Tropopsamments); (2) Kambisol (Eutropepts);
(3) Aluvial (Udipfluvents); (4) Latosol, (Haplustults); (5)Litosol (Ustorthents); (6)
Vertisol (Haplusterts); (7) Mediteran
(Haplustalfs); (8) Rendsina (Haprendolls);
(9) Andosol (Hapludands.
Geomorfologi : Berdasarkan
interpretasi peta topografi, citra landsat, pate geologi, dan kerja lapangan
dapat ditentukan bahwa bentukiahan mayor yang ada di daerah penelitian adalah:
(a) bentukan asal volkan yang dibedakan lereng atas, lereng bawah, dataran
kaki, dataran fluvial volkan dari Gunung Merapi, Gunung Merbabu. Gunung Lawu; (b) perbukitan
pegunungan denudasional batuan pasir, tuf dan breksi; (c) perbukitan pegunungan karst
batuan ,gamping;
(d) perbukitan struktural batuan lempung, tufa gampingan den pasir gampingan;
(e) bentukan asal fluvial yang dibedakan menjadi dataran eluvial,
dataran banjir, dan dataran kaki koluvia-aluvial
Hidrologi : Kondisi hidrologi SWS Bengawan
Solo sang at ditentukan oleh kondisi hujan dan kondisi fisik pad a setiap Sub DAS yang
masuk ke dalam SWS Solo di Jawa Tengah. Pengukuran debit sungai di tiga lokasi
sepanjang sungai Solo yang ada di jawa Tengah adalah di Stasiun IBendungan Waduk
Gadjah Mungkur, Stasiun Jurug, dan
Stasiun Kajangan. Darii hasil pengamatan selama tahun 1975-1999 variasi debit sungai di atas waduk
Gadjah Mungkur adalah 21.1 m3/detik (pada bulan Juni) hingga 46,5 m3/detik (pada bulan
Februari); di stasiun Jurug, Solo debit sungai Solo juga menunjukkan varlasi
yangcukup tajam yatu antara 19 m3/detik (bulan Agustus) hingga 221 m3'cletik
(bulan Februan); sedangkan di stasiun Kajangan debit sungai Solo befvariasi antara 29 /detik(bulan Agustus)
dan 581 m3/detik (bulan Februari).Bila ditinjau dari
keseluruhan sumberdaya air pennukaan yang tersedia di DAS Solo, maka
SWS Solo Jawa Tengah mencapai 581 mr/tahun atau sekitar 3.527 juta m3/tahun atau sekitar 45%.
PEMANFAATAN SWS BENGAWAN SOLO
Berupa rangkaian program kegiatan pelaksanaan pembangunan yang memanfaatkan ruang SWS menurut masing- masing wilayah
dan sektor tertentu.
Kegiatan berupa penyusunan program/proyek dan pembiayaan,
pemanfaatan sesuai rencana, perundang-undangan pendukung, dll.
Oalam tahap pemanfaatan,
tercermin dinamika pemanfaatan ruang SWS, antara.lain perubahan nilai
sosial, nilai tanah dan sumberdaya alam,
perubahan status hukum, dampak terhadap lingkungan , perkembangan wilayah.
PERMASALAHAN
Beberapa permasalahan di WS Bengawan Solo :
1.
Pertambahan
penduduk yang tinggi yang menyebabkan tingginya tekanan pada lingkungan.
2.
Bertambahnya aktivitas
pembangunan yang cenderung menyumbang lingkungan
alamiahnya.
3.
Gunung dan
bukit yang gundul menyebabkan erosi, longsor clan banjir serta sedimentasi di
bagian bawah.
4.
Kondisi
daerah resapan hilang atau berkurang fungsinya.
5.
Banyaknya
limbah-Imbah dan industri, kendaraan, peternakan, domestik, pertanian dan lain
sebagainya.
Persediaan air di
SWS Bengawan Solo) adalah 18.777 juta m3ltahun dengan pemakaian air sebesar
6.932 juta m3/tahun. t3erarti ada kelebihan air
sebesar 11.842 juta
m3ltahun. Meskipun ketersediaan air
cukup melimpah tidak
berarti tidak ada masalah, tetapi masalah kualitas dan manajemen sumber air tetap
menjadi masalah besar. Hasil
ivaluasi pelaksanaan Prokasih di DAS
Bengawan Solo menunjukkan adanya penurunan beban pencemaran air limbah yang cukup
tajam.
Hasil Pelaksanaan
Prokasih di DAS Bengawan Solo
No
|
Parameter
|
Kondisi Th 1939
(dalam kg/th)
|
Kondisi Th 2000
(dalam kg/th)
|
1.
|
BOD
|
68.370.940
|
2.497.934,20
|
2.
|
COD
|
101.646.419
|
7.452.928,07
|
3.
|
TSS
|
9.239.016
|
1.143.138,06
|
Sumber Bappedal
Jawa Tengah (2002).
Namun dari hasil pemantauan dan evaluasi kondisi
kulaitas air sungai Bengawan
Solo mash belum
menunjukkan kualitas yang
sesuai dengan peruntukkannya. Hal tersebut disebabkan oleh sasaran dari
Prokasih hanyalah industri berskala besar/menengah, sedangkan konisi
kualitas air sungai Bengawan Solo sangat dipengaruhi pula oleh limbah dari rumah
sakit, hotel, rumah tangga, pertaian, petemakan, erosi dan fluktuasi debit air
sungai antara musim hujan dan musim kemarau yang cukup besar.
Konflik Pemanfaatan
Sumberdaya Air
Permasalahan yang
paling mendasar dalam
upaya pengeiolaan sumberdaya air
secara terpadu adalah bahwa tedaclinya gejala krisis air di beberapa wilayah di Indonesia
telah mulai dirasakan, lebih-lebih di era otonomi daerah. Krisis air tidaklah dalam
hal kuantitas saja, kualitasnyapun kini menjadi masalah. Pulau Jawa pada dewasa ini dihadapkan pada berbagai
masalah dengan menurunnya kualitas air akibat limbah yang dihasilkan kegiatan
industri, pertanian, dan limbah perkotaan, termasuk limbah
rumah tangga (Anonim, 1999). Permasalahan pencemaran air
sungai Bengawan Solo di Jawa Tengah oleh berbagai kegiatan di sepanjang kanan-kin
sungai di Jawa Tengah menunjukkan bahwa kualitas sungai Bengawan Solo telah
mengalami penurunan kualitasair hingga tidak memenuhi baku mutu yang telah
ditetapkan peruntukannya sebagai air baku air minum (Golongan II/B) di wilayah
hulu Kabupaten Wonogiri hingga perbatasan Kabupaten Sukoharjo dan di wilayah
Kecamatan Cepu Kabupaten Blora serta air untuk kegiatan perikanan (Golongan III/C) dad
perbatasan antara Kabupaten Wonogiri dengan Sukohado hingga perbatasan
Jawa Timur.Hal tersebut disebabkan karena pertumbuhan dan pengembangan
industri, hotel, rumah sakit, industri kecillrumah tangga, limbah pertanian dan
petemakan yang membuang limbah ke
sungai, meskipun telah dibangun IPAL (Instalasi Pengoiah Air Limbah).
PENGELOLAAN
Sistem Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Pengelolaan SWS
Begawan Solo di lakukan lima strategi utama, yaitu strategi peningkatan
kemampuan kelembagaan, penataan ruang, penyelamatan tanah, hutan, dan air,
pemberdayaan masyarakat, dan Partisipasi dan kemitraan.
Strategi Peningkatan Kemampuan kelembagaan
Pengelolaan SWS :
1. Peningkatan
Kemampuan Sumberdaya Manusia,
2. Inventarisasi dan
evaluasi sumberdaya dan lingkungan,
3. Studi perencanaan
pengelolaan SWS,
4. Badan koordinasi
pengelolaan SWS Begawan Solo
5. Regulasi dan
pengaturan kelembagaan perundang-undangan pengelolaan SWS
Strategi Penataan Ruang
1. Pemantapan tata
ruang, rungsi findung,
2. Dukungan
perundang-undangan dan sangsl.
3. Mengurangi konflik
pemanfaatan ruang,
Strategi Penyelamatan Hutan, Tanah, dan Air
1. Konservalsl
reboisasi kawasan hutan, khususnya hutan lindung,
2. Rehabifitasi lahan
kritis,
3. Mempertahankan
fungsi daerah resapan,
4. Penanggulangan pencemaran air
5. Polusi Udara
Program Strategis
Pengelolaan SWS Begawan Solo Secara umum, strategi dan program-program
pembangunan dalam grand design SWS Begawan Solo tersusun kedalam rentang
waktu perencanaan 15 (sepuluh) tahun, yang terbagi kedalam dua tahapan.
DAFTAR PUSTAKA
Sudibyakto
2005. .Analisis Konflik Pemanfaatan
Sumberdaya Air Melalui Program Prokasih Di Daerah Aliran Bengawan . Yogyakarta : UGM
Woro, Suratman;
Sudibyakto; dan Suyono.Penyusunan Rencana
Induk (Grand Design) Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kasus : SWS Bengawan Solo. Yogyakarta :
Fakultas Geografi UGM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar