ANALISIS TIPOLOGI DAN POTENSI
PENGEMBANGAN INDUSTRI PERDESAAN
DI KECAMATAN GOMBONG,
KABUPATEN KEBUMEN
A. LATAR
BELAKANG
Industri pedesaan sangat kompleks dan beragam dalam hal,
jenis usahanya, corak dan orientasi produksinya, peranan dan permasalahannya,
serta potensi dan pengembangannya. Dalam studi industri pedesaan di negara
berkembang seperti di Indonesia, konsep, dan pendekatan yang berdasarkan
industrialisasi negara maju memerlukan penyesuaian.
Karakteristik dan lingkungan industri perdesaan mempunyai perbedaan dengan kondisi di negara industri maju. Sebelum memilih target dan prioritas pengembangan perlu diidentifikasi kondisi internal industri perdesaan yang pada garis besarnya berupa struktur dan karakter usaha.
Karakteristik dan lingkungan industri perdesaan mempunyai perbedaan dengan kondisi di negara industri maju. Sebelum memilih target dan prioritas pengembangan perlu diidentifikasi kondisi internal industri perdesaan yang pada garis besarnya berupa struktur dan karakter usaha.
Struktur usaha meliputi unsur-unsur yang menyusun
kesatuan usaha sebagai suatu bentuk produksi yang teretang dari pengadaan dan
penggunaan input, pengolahan, keluaran, dan distribusi, serta pemasaran.
Sedangkan karakter usaha dan pengusaha merujuk pada aspek non-fisik produksi.
Karakteristik usaha mencangkup antara lain mencangkup misalnya riwayat usaha,
motivasi usaha, intensitas dan kontinuitas usaha, kepentingan relatif usaha
dalam ekonomi. Sedangkan karakteristik pengusaha meliputi aspek-aspek yang
terkait dengan kualitas pengusaha baik aspek sosial, ekonomi, dan demografi.
B.
TUJUAN
Ø Mengetahui apa, dimana, bagaimana, mengapa, dan berapa
industri yang terdapat di di wilayah Kecamatan Gombong.
Ø Mengetahui jenis atau pengelompokkan industri ke dalam
matrik tipologi perkembanagan insdustri perdesaan di wilayah Kecamatan Gombong.
Ø Mengetahui asal sumber bahan untuk produk industri di
wilayah Kecamatan Gombong.
Ø Mengetahui sejauh mana jangkauan pemasaran produk
industri di wilayah Kecamatan Gombong.
Ø Mengetahui faktor-faktor produksi dapat mempengaruhi
perkembangan industri di wilayah Kecamatan Gombong.
Ø Mengetahui pendekatan lokasi dan produksi serta
pendekatan pengembangan dan kemitraan.
C. PENGANTAR
Pada awal perkembangannya, industri perdesaan cenderung
berorientasi pada keberadaan sumber daya. Bahkan sejumlah industri perdesaan
tumbuh karena kepemilikan sumberdaya. Karenanya, kategori perkembangan industri
dapat diidentifikasikan dari cara pengusaha mengadakan bahan input produksinya.
Pada tahap awal perkembangannya, sejumlah industri tradisional menggunakan
sumber bahan yang dimiliki sendiri. Pengrajin bambu memperoleh bahan baku
usahanya dari tanaman bambu di lahannya sendiri. Pembuatan batu bata atau
genting menggunakan sumber bahan tanah liat dari areal sawah atau pekarangan
sendiri.
Ada kecenderungan perkembangan selanjutnya jika bahan
baku tidak lagi mencukupi karena persediaan yang menipis sehingga cara
menutupnya yakni dengan mendatangkan bahan dari luar daerah (non-lokal).
Selanjutnya dapat diidentifikasi perkembangan industri tersebut. Semakin maju
industri maka semakin besar proporsi
penggunaan sumber-sumber bahan non-lokal. Pendekatan industri dengan bahan baku
sering dikombinasikan dengan pemasaran produk. Jenis-jenis industri yang dapat
menjangkau pasar luar daerah (non-lokal) dianggap lebih maju
perkembangannya dibandingkan yang hanya
memasarkan produknya di pasar lokal.
Asumsi-asumsi di atas di atas berdasarkan Theory Economic
Base. Asumsi ini dilatarbelakangi oleh pemahaman bahwa industri yang dapat
menjangkau pasar non-lokal dapat menghasilkan aliran modal ke daerah
tersebut yang berarti dapat meningkatkan
investasi dan menguatkan dorongan perkembangan di sektor ekonomi lainnya.
D.
PEMBAHASAN
Gombong adalah sebuah kota kecil di kabupaten Kebumen.
Dalam perkembangannya, Gombong menjadi kota terbesar kedua di kabupaten Kebumen
setelah kota Kebumen itu sendiri. Letaknya yang strategis dengan topografi di
dataran rendah yang berada di pertemuan arus perdagangan dan jasa dari 4
kecamatan di sekelilingnya menjadi daya dukung dalam perkembangan industri yang
ada. Sumber daya alam yang cukup dapat menjadi sumber bahan baku beberapa
industri. Namun morfologi wilayah tersebut yang sudah sebagian besar sudah
berkembang menjadi kota dan hanya
menyisakan sedikit lahan pertanian menjadikan beberapa industri harus mencari
bahan baku dari luar daerah (non-lokal). Akses trasportasi yang mudah karena
terletak di jalan raya (Jalan Provinsi) dapat memudahkan pemasaran hasil
produksi. Karena jalan tersebut adalah jalan lintas provinsi sehingga produk
dapat terdistribusi ke luar daerah.
Dengan
menggunakan pendekatan bahan dan pemasaran, perkembangan industri di Gombong
dapat dibuat matrik tipologi industri sebagai berikut :
MATRIK TIPOLOGI PERKEMBANGAN
INDUSTRI PERDESAAN
DI WILAYAH KECAMATAN GOMBONG,
KABUPATEN KEBUMEN
SUMBER BAHAN
|
JANGKAUAN
PEMASARAN
|
|
Lokal
|
Non-Lokal
|
|
Lokal
|
I
( kurang
berkembang )
|
II
( perkembangan
sedang )
|
·
Donat, Apem, Kacang Telor
·
Kerajinan Bambu
·
Batu Bata
·
Telur Asin
|
·
Tahu, Tempe
·
Sale Pisang
·
Kerajinan Daun Pandan
·
Pupuk Organik
|
|
Non-Lokal
|
IV
( perkembangan
baik )
|
III
( perkembangan
sangat baik )
|
·
Lanting
·
Sosis, Tempura
·
Kikil
|
·
Rokok
·
Plafon / Ternit
·
Gorong-gorong, batako, sumur, paving
|
Keterangan :
Kuadran
I
Industri
pada kuadran I adalah industri yang menggunakan bahan baku dari wilayah
Kecamatan Gombong sendiri (lokal). Begitu juga
pemasaran produk industrinya hanya di wilayah kecamatan Gombong saja.
Karena sumber bahan baku dan pemasarannya hanya bersifat lokal maka dapat
diasumsikan ke dalam industri kurang berkembang.
Industri yang berkembang :
a. Industri
Donat, Apem, Kacang Telor
Industri
ini adalah Home Industri milik Bapak Paridi dengan modal yang kecil. Bahan-bahan
yang digunakan untuk membuat makanan
tradisional tersebut masih dapat diperoleh di pasar setempat yaitu di
pasar Gombong. Home Industri ini hanya
dikerjakan oleh beliau dan istrinya tanpa ada yang membantu sehingga dapat
menghemat cost dan tidak mengurangi keuntungan. Belum ada spesialisasi kerja,
teknologi masih tradisional. Pemasarannya juga masih di sekitar lingkungan
rumahnya dengan menitipkannya kepada warung-warung tetangganya atau konsumen
datang membelisecara langsung dengan harga yang lebih murah.Pembayaran
dilakukan secara langsung baik oeh pihak warung maupun konsumen. Pola saluran
pemasarannya adalah : produsen-konsumen atau produsen-pedagang
setempat-konsumen. Industri ini belum mengenal kemitraan dan masing-masih
pengusaha industri ini harus bersaing hanya dengan modal seadanya.
b.
Kerajinan Bambu
Dapat
digolongkan ke dalam industri kerajinan tangan.
Industri ini milik Ibu Sawiyah. Kerajinan yang dihasilkan adalah sangkar
burung, sangkar ayam, serok pembuang sampah, kipas, wadah, dan cething. Sumber
bahan dapat diperoleh di pekarangan rumahnya. Industri ini bermodal kecil
karena bahan bakunya diperoleh dari alam secara langsung. Masih menggunakan
cara tradisional. Ia cukup seorang diri mengerjakan pekerjaannya dan terkadang
dibantu oleh suaminya sepulang dari bekerja di sawah. Warung-warung dekat rumahnya biasanya memesan
sejumlah barang yang akan dijual dan akan dibayar setelah produk jadi. Industri ini mengenal kemitraan dalam sebatas
kepercayaan dimana produk memiliki keunggulan dalam sisi kerapihan, awet,
kenyamanan dibanding kan dengan produk saingannya.
c.
Batu Bata
Industri
ini banyak tumbuh di Gombong terutama di wilayah desa Kemukus.Industri ini
berlokasi di pinggiran demi kemudahan
bahan baku tanah liat.Bahan baku dicari pada musim kemarau di mana tanah liat
kering dan dapat diangkut dalam bentuk bonggol-bonggol. Bahan baku lainnya yaitu sekam sebagai
campurannya dan dapat diperoleh di tempat penggilingan padi. Pada industri ini
pemilik memakai jasa pekerja dari tetangga atau saudaranya untuk membantu
sementara keutungan akan dibagi sesuai kesepakatan.
Pembuatan menggunakan cara tradisional. Pemasarannya masih di wilayah Gombong. Pemasaran
masih di wilayah Gombong. Konsumen biasanya datang untuk memesan atau membeli
batu bata yang sudah jadi. Konsumen biasanya memilih produk batu bata yang bagus yang ia dengar
dari orang-orang. Industri ini sudah mengenal kemitraan dengan sesama pengrajin
batu bata dalm bentuk paguyuban maupun dengan pedagang (tengkulak) yang lebih
besar.
d.
Telur Asin
Industri
pembuatan telur asin masih bersifat tradisional kecil-kecilan karena sumber
bahan yaitu telur bebek agak sulit didapat. Pengusaha ini mendaptkan telur
disamping hasil ternak bebeknya sendiri,
dia mencari kepada tetangga-tetangganya. Bila dirasa belum cukup akan
mencarinya ke pasar Gombong. Industri ini masih dikerjakan sendiri dan
pemasarannya ia lakukan sendiri di wilayah Gombong dengan menitipkannya ke
warung atau toko. Kadangkala pengusaha merugi tatkala ada telur yang “tidak
jadi” atau basi sedangkan system pembayarannya oleh warung di belakang setelah
terjual. Industri ini belum mengenal kemitraan
Kuadran
II
Industri
pada kuadran II adalah industri yang menggunakan bahan baku dari wilayah
Kecamatan Gombong sendiri (lokal) namun
pemasaran produk industrinya sudah menjangkau di luar wilayah kecamatan
Gombong . Karena sumber bahan bakulokal sedangkan pemasarannya sudah mencapai
luar kecamatan Gombong maka dapat diasumsikan ke dalam industri yang perkembangannya sedang.
Industri yang berkembang :
a. Tahu
dan Tempe
Industri
Tahu dan Tempe banyak terdapat di pinggiran sungai Gombong. Sungai menjadi
faktor lokasi berdirinya pabrik tahu dan tempe di mana limbah akan mudah di buang. Industri yang ada
dalam skala sedang maupun besar tergantung modal dan keuntungan yang didapat. Bahan baku mudah diperoleh dari pasar lokal
atau membeli langsung pada masyarakat. Teknologi masih tradisional. Sedangkan
pemasarannya sudah sampai di kecamatan lain karena dijual di pasar. Dibutuhkan
minimal 3 orang pekerja untuk pembuatannya karena banyaknya proses yang harus
dijalani. Sudah ada spesialisasi kerja. Industri ini mengenal kemitraan dan
biasanya bermitra dengan restoran.
b.
Sale Pisang
Industri
ini biasanya dimiliki keluarga. Salah satunya milik keluarga Bapak Supriyono. Bahan
baku pisang diperoleh dari kebun
tetangga. Teknologi masih tradisional. Faktor lokasi juga menjadi pertimbangan
karena pentingnya penyinaran matahari dalam proses pengeringan pisang. Industri
ini membutuhkan 1-2 orang untuk membantu pembuatan sale pisang. Sudah ada
spesialisasi kerja. Industri yang ada umumnya dalam skala kecil sampai sedang.
Pasar yang dijangkau mencapai kecamatan lain karena banyak pesanan datang dari
toko-toko di kecamatan lain. Industri ini sudah mengenal mitra baik dengan
sesama pembuat sale maupun dengan toko-toko besar.
c.
Kerajinan Daun Pandan
Industri
kerajinan ini terletak di desa-desa di sarah timur laut Gombong meliputi desa
Klapagada, Wanasigra, Grenggeng, dan
Kedungpuji.Walaupun menggunakan bahan lokal namun pemasarannya sudah tersebar
sampai luar provinsi bahkan sampai ekspor ke luar negeri. Industri ini bersifat
rumahan dan dilakukan kebanyakan oleh para ibu. Produk yang dihasilkan seperti
berbagai anyaman, tikar, tas, dompet, topi, dsb. Cara pembuatan masih
tradisional dan tidak ada spesialisasi Industri kerajinan daun pandan sudah sudah pasti membutuhkan mitra untuk
pendistribusian produk ke luar. Bentuk kemitraan bisa dalam bentuk sub-kontrak atau mitra
dagang.
d.
Pupuk Organik
Industri
ini milik perorangan dan berada di desa Kalitengah dan mengambil sumber bahan
bakunya yakni sisa-sisa kotoran dari peternakan kambing atau sapi milik
penduduk untuk diproses menjadi Pupuk organic. Industri ini membutuhkan modal
cukup besar untuk membeli bahan baku dan member upah pekerjanya. Pekerja yang
dibutuhkan antara 5-10 orang. Sudah ada spesialisasi. Produk pupuk sudah
dipasarkan ke luar wilayah kecamatan Gombong dan Kebumen. Industri ini mengenal
mitra dagang.
Kuadran
III
Industri
pada kuadran III adalah industri yang menggunakan bahan baku dari luar wilayah
Kecamatan Gombong (non-lokal) karena
bahan baku lokal tidak mencukupi. Namun,
pemasaran produk industrinya hanya di wilayah kecamatan Gombong saja.
Karena sumber bahan baku didatangkan dari luar wilayah Gombong dan pemasarannya
hanya bersifat lokal maka dapat diasumsikan ke dalam industri perkembangannya
baik.
Industri yang berkembang :
a. Lanting
Lanting
merupakan makanan khas Kebumen. Tingginya permintaan akan lanting sedangkan bahan
baku lokal tidak tersedia membuat pengusaha lanting mencari bahan baku sampai
di lain kecamatan. Bahan baku tersebut kebanyakan dari Kecamatan Sempor ,
Karanggayam, dan Karngsambung yang morfologinya Pegunungan dan diantar dalm
jumlah 1 colt. Pemasaran Lanting masih bersifat lokal di kecamatan Gombong dan
banyak dijumpai di warung-warung. Untuk membuat lanting diperlukan beberapa
pekerjayang tersepesialisasi pada tiap
proses pembuatan terutama pada proses pengupasan singkong dan pembentukan
bentuk khas lanting yaitu angka “8”
b.
Sosis, Tempura
Industri
yang ada ini hanya dalam skala kecil.
Bahan baku daging giling dari luar Gombong. Teknologi yang digunakan
menggunakan mesin. Pembuatan sosis dan
tempura hanya dikerjakan oleh 2 orang. Pemasarnnya masih bersifat lokal hanya penjual jajanan keliling dan
warung-warung.
c.
Kikil
Industri
ini dikelola bersama oleh keluarga. Bahan baku bisa dari lokal dan sebagian
besar diantarkan dari luar daerah dengan truk. Dalam pembuatan kikil masih
dengan cara-car tradisional dengan dibakar dan dibersihkan bulu rambut secara
manual. Dalam proses pembuatannya butuh
paling tidak 2 pekerja untuk proses pembuatan kikil. Pemasaran masih lokal
terbatas kalangan kerabat atau orang yang sedang hajatan.
Kuadran
IV
Industri
pada kuadran IV adalah industri yang menggunakan bahan baku dari luar wilayah
Kecamatan Gombong dan juga pemasaran produk industrinya sampai keluar
wilayah kecamatan Gombong. Karena sumber bahan baku dan pemasarannya bersifat non-lokal maka dapat diasumsikan ke
dalam industri kurang berkembang.
Industri yang berkembang :
- Rokok
Pabrik
rokok yang berkembang di Gombong ada 2 yaitu Rokok Sintren dan Rokok Sampoerna.
Kedua industri ini menggunakan faktor lokasi dalam pendirian lokasi pabrik. Untuk Rokok Sintren mengambil lokasi yang
dekat dengan jalan raya dan dekat pemberhentian angkot. Itu karena tenaga kerja
yang dipakai adalah nenek-nenek tua dimana mereka berangkat kerja berjalan kaki
atau naik angkot. Sedangkan Rokok Samapoerna mengambil lokasi di area persawahan
karena harga lahan tersebut dianggap lebih murah. Selain itu juga dekat dengan pemukiman
penduduk dengan tujuan mudah dalam mencari tenaga kerja. Kedua perusahaan mendapat pasokan bahan baku dari luar daerah Gombong.
Pemasarannya sudah mencangkup daerah yang luas sampai di luar provinsi. Pekerja
yang digunakan juga banyak mencapai ribuan orang dan terspesialisasi. Industri ini membutuhkan mitra dagang utnuk
menyokong bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan rokok.
b.
Plafon / Ternit
Industri
ini begitu berkembang karena semakin banyaknya pembangunan gedung-gedung.
Industri Plafon mengambil lokasi di pinggir jalan raya dan dekat sungai.
Maksudnya yaitu untuk kemudahan akses dan salran pembuangan. Bahan baku dipasok
dari Purwokerto untuk dibentuk di Gombong. Teknologi ang digunakan adalah
mesin. Di sini sudah ada spesialisasi kerja. Pemasarannnya hingga di luar
kabupaten. Bentuk kemitraan industri ini adalah mitra dagang atau sub kontrak.
c.
Paving, batako, sumur, gorong-gorong
Industri
ini milik perorangan dan berlokasi di desa Kalitengah. Bahan baku dasar yaitu
pasir diperoleh dari luar Gombong yaitu dari Adimulyo. Proses pembuatan butuh
2-3 orang dan sudah terspesialisasi. Karena pembangunan ada dimana-mana maka
usaha ini berkembang dan untuk mendukung kelancaran usaha diperlukan kendaraan
jenis colt terbuka atau truk. Dalam pembuatannya digunakan mesin dan pencetak.
Pemasaran sudah menjangkau daerah-daerah di luar Gombong sampai pegunungan
sekalipun. Industri ini dapat mengembangkan kemitraan dengan perusahaan
tertentu untuk kepentingan pembangunan.
E. KESIMPULAN
Identifikasi
perkembangan industri atas dasar nilai bahan pada prinsipnya membuat
klasifikasi terhadap unit-unit usaha. Asumsi yang melatarbelakangi adalah
semakin besar biaya yang dikeluarkan untuk bahan produksi semakin tinggi skala
usahanyanyang berarti semakin besar potensi perkembangan industri.
Kemajuan
Industri dapat juga diukur dari tenaga kerja dari sisi kuantitas, kualitas,
maupun rasio output Spesialisasi menandakan kemajuan sebuah industri
Modal
yang bertambah besar seharusnya direspon dengan adanya peningkatan skala
produksi , bertambahnya outpu produksi, dan perlunya memperluas pasar bagi
produk yang bertambah.
Teknologi
yang digunakan mencerminkan kemajuan sebuah industri. Pada kelompok industri
kerajinan , teknologi sering masih tradisional ddan diwariskan ke
generasi-generasi berikutnya yang bahkan hampir tanpa peningkatan
Semakin
berkualitas suatu produk , jangkauan pemasarannya samakin luas. Produk produk
tradisional cenderung memenuhi pasar lokal saja. Dengan adanya perkembangan
pemasaran yang lebih kompleks, pengusaha industri perdesaan membtuhkan
pembukuan dan manajemen usaha.
F. DAFTAR RUJUKAN
2008. Bahan
Ajar Geografi Industri. Solo: Prodi
Geografi Jurusan PIPS FKIP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar