Selasa, 09 Juli 2013

Geografi Industri

ANALISIS TIPOLOGI DAN POTENSI
PENGEMBANGAN INDUSTRI PERDESAAN
DI KECAMATAN GOMBONG, KABUPATEN KEBUMEN

A.  LATAR BELAKANG
Industri pedesaan sangat kompleks dan beragam dalam hal, jenis usahanya, corak dan orientasi produksinya, peranan dan permasalahannya, serta potensi dan pengembangannya. Dalam studi industri pedesaan di negara berkembang seperti di Indonesia, konsep, dan pendekatan yang berdasarkan industrialisasi negara maju memerlukan penyesuaian.
Karakteristik dan lingkungan industri perdesaan mempunyai perbedaan dengan kondisi di negara industri maju. Sebelum memilih target dan prioritas pengembangan perlu diidentifikasi kondisi internal industri perdesaan yang pada garis besarnya berupa struktur dan karakter usaha.
Struktur usaha meliputi unsur-unsur yang menyusun kesatuan usaha sebagai suatu bentuk produksi yang teretang dari pengadaan dan penggunaan input, pengolahan, keluaran, dan distribusi, serta pemasaran. Sedangkan karakter usaha dan pengusaha merujuk pada aspek non-fisik produksi. Karakteristik usaha mencangkup antara lain mencangkup misalnya riwayat usaha, motivasi usaha, intensitas dan kontinuitas usaha, kepentingan relatif usaha dalam ekonomi. Sedangkan karakteristik pengusaha meliputi aspek-aspek yang terkait dengan kualitas pengusaha baik aspek sosial, ekonomi, dan demografi.
B.  TUJUAN
Ø Mengetahui apa, dimana, bagaimana, mengapa, dan berapa industri yang terdapat di di wilayah Kecamatan Gombong.
Ø Mengetahui jenis atau pengelompokkan industri ke dalam matrik tipologi perkembanagan insdustri perdesaan di wilayah Kecamatan Gombong.
Ø Mengetahui asal sumber bahan untuk produk industri di wilayah Kecamatan Gombong.
Ø Mengetahui sejauh mana jangkauan pemasaran produk industri di wilayah Kecamatan Gombong.
Ø Mengetahui faktor-faktor produksi dapat mempengaruhi perkembangan industri di wilayah Kecamatan Gombong.
Ø Mengetahui pendekatan lokasi dan produksi serta pendekatan pengembangan dan kemitraan.
C.  PENGANTAR
Pada awal perkembangannya, industri perdesaan cenderung berorientasi pada keberadaan sumber daya. Bahkan sejumlah industri perdesaan tumbuh karena kepemilikan sumberdaya. Karenanya, kategori perkembangan industri dapat diidentifikasikan dari cara pengusaha mengadakan bahan input produksinya. Pada tahap awal perkembangannya, sejumlah industri tradisional menggunakan sumber bahan yang dimiliki sendiri. Pengrajin bambu memperoleh bahan baku usahanya dari tanaman bambu di lahannya sendiri. Pembuatan batu bata atau genting menggunakan sumber bahan tanah liat dari areal sawah atau pekarangan sendiri. 
Ada kecenderungan perkembangan selanjutnya jika bahan baku tidak lagi mencukupi karena persediaan yang menipis sehingga cara menutupnya yakni dengan mendatangkan bahan dari luar daerah (non-lokal). Selanjutnya dapat diidentifikasi perkembangan industri tersebut. Semakin maju industri  maka semakin besar proporsi penggunaan sumber-sumber bahan non-lokal. Pendekatan industri dengan bahan baku sering dikombinasikan dengan pemasaran produk. Jenis-jenis industri yang dapat menjangkau pasar luar daerah (non-lokal) dianggap lebih maju perkembangannya  dibandingkan yang hanya memasarkan produknya di pasar lokal.
Asumsi-asumsi di atas di atas berdasarkan Theory Economic Base. Asumsi ini dilatarbelakangi oleh pemahaman bahwa industri yang dapat menjangkau pasar non-lokal dapat menghasilkan aliran modal ke daerah tersebut  yang berarti dapat meningkatkan investasi dan menguatkan dorongan perkembangan di sektor ekonomi lainnya.
D.  PEMBAHASAN
Gombong adalah sebuah kota kecil di kabupaten Kebumen. Dalam perkembangannya, Gombong menjadi kota terbesar kedua di kabupaten Kebumen setelah kota Kebumen itu sendiri. Letaknya yang strategis dengan topografi di dataran rendah yang berada di pertemuan arus perdagangan dan jasa dari 4 kecamatan di sekelilingnya menjadi daya dukung dalam perkembangan industri yang ada. Sumber daya alam yang cukup dapat menjadi sumber bahan baku beberapa industri. Namun morfologi wilayah tersebut yang sudah sebagian besar sudah berkembang  menjadi kota dan hanya menyisakan sedikit lahan pertanian menjadikan beberapa industri harus mencari bahan baku dari luar daerah (non-lokal). Akses trasportasi yang mudah karena terletak di jalan raya (Jalan Provinsi) dapat memudahkan pemasaran hasil produksi. Karena jalan tersebut adalah jalan lintas provinsi sehingga produk dapat terdistribusi ke luar daerah.  
            Dengan menggunakan pendekatan bahan dan pemasaran, perkembangan industri di Gombong dapat dibuat matrik tipologi industri sebagai berikut :

MATRIK TIPOLOGI PERKEMBANGAN INDUSTRI PERDESAAN
DI WILAYAH KECAMATAN GOMBONG, KABUPATEN KEBUMEN

SUMBER BAHAN
JANGKAUAN PEMASARAN
Lokal
Non-Lokal
Lokal
I
( kurang berkembang )
II
( perkembangan sedang )
·         Donat, Apem, Kacang Telor
·         Kerajinan Bambu
·         Batu Bata
·         Telur Asin

·         Tahu, Tempe
·         Sale Pisang
·         Kerajinan Daun Pandan
·         Pupuk Organik


Non-Lokal
IV
( perkembangan baik )
III
( perkembangan sangat baik )
·         Lanting
·         Sosis, Tempura
·         Kikil
·         Rokok
·         Plafon / Ternit
·         Gorong-gorong, batako, sumur, paving


Keterangan :
Kuadran I
Industri pada kuadran I adalah industri yang menggunakan bahan baku dari wilayah Kecamatan Gombong sendiri (lokal). Begitu juga  pemasaran produk industrinya hanya di wilayah kecamatan Gombong saja. Karena sumber bahan baku dan pemasarannya hanya bersifat lokal maka dapat diasumsikan ke dalam industri kurang berkembang.
Industri yang berkembang :
a.    Industri Donat, Apem, Kacang Telor
Industri ini adalah Home Industri milik Bapak Paridi dengan modal yang kecil. Bahan-bahan yang digunakan  untuk membuat makanan tradisional tersebut masih dapat diperoleh di pasar setempat yaitu di pasar  Gombong. Home Industri ini hanya dikerjakan oleh beliau dan istrinya tanpa ada yang membantu sehingga dapat menghemat cost dan tidak mengurangi keuntungan. Belum ada spesialisasi kerja, teknologi masih tradisional. Pemasarannya juga masih di sekitar lingkungan rumahnya dengan menitipkannya kepada warung-warung tetangganya atau konsumen datang membelisecara langsung dengan harga yang lebih murah.Pembayaran dilakukan secara langsung baik oeh pihak warung maupun konsumen. Pola saluran pemasarannya adalah : produsen-konsumen atau produsen-pedagang setempat-konsumen. Industri ini belum mengenal kemitraan dan masing-masih pengusaha industri ini harus bersaing hanya dengan modal seadanya.
b.    Kerajinan Bambu
Dapat digolongkan ke dalam industri kerajinan tangan.  Industri ini milik Ibu Sawiyah. Kerajinan yang dihasilkan adalah sangkar burung, sangkar ayam, serok pembuang sampah, kipas, wadah, dan cething. Sumber bahan dapat diperoleh di pekarangan rumahnya. Industri ini bermodal kecil karena bahan bakunya diperoleh dari alam secara langsung. Masih menggunakan cara tradisional. Ia cukup seorang diri mengerjakan pekerjaannya dan terkadang dibantu oleh suaminya sepulang dari bekerja di sawah.  Warung-warung dekat rumahnya biasanya memesan sejumlah barang yang akan dijual dan akan dibayar setelah produk jadi.  Industri ini mengenal kemitraan dalam sebatas kepercayaan dimana produk memiliki keunggulan dalam sisi kerapihan, awet, kenyamanan dibanding kan dengan produk saingannya.
c.    Batu Bata
Industri ini banyak tumbuh di Gombong terutama di wilayah desa Kemukus.Industri ini berlokasi di pinggiran  demi kemudahan bahan baku tanah liat.Bahan baku dicari pada musim kemarau di mana tanah liat kering dan dapat diangkut dalam bentuk bonggol-bonggol.  Bahan baku lainnya yaitu sekam sebagai campurannya dan dapat diperoleh di tempat penggilingan padi. Pada industri ini pemilik memakai jasa pekerja dari tetangga atau saudaranya untuk membantu sementara  keutungan akan dibagi sesuai kesepakatan. Pembuatan menggunakan cara tradisional. Pemasarannya masih di wilayah Gombong. Pemasaran masih di wilayah Gombong. Konsumen biasanya datang untuk memesan atau membeli batu bata yang sudah jadi. Konsumen biasanya memilih  produk batu bata yang bagus yang ia dengar dari orang-orang. Industri ini sudah mengenal kemitraan dengan sesama pengrajin batu bata dalm bentuk paguyuban maupun dengan pedagang (tengkulak) yang lebih besar.
d.   Telur Asin
Industri pembuatan telur asin masih bersifat tradisional kecil-kecilan karena sumber bahan yaitu telur bebek agak sulit didapat. Pengusaha ini mendaptkan telur disamping  hasil ternak bebeknya sendiri, dia mencari kepada tetangga-tetangganya. Bila dirasa belum cukup akan mencarinya ke pasar Gombong. Industri ini masih dikerjakan sendiri dan pemasarannya ia lakukan sendiri di wilayah Gombong dengan menitipkannya ke warung atau toko. Kadangkala pengusaha merugi tatkala ada telur yang “tidak jadi” atau basi sedangkan system pembayarannya oleh warung di belakang setelah terjual. Industri ini belum mengenal kemitraan

Kuadran II
Industri pada kuadran II adalah industri yang menggunakan bahan baku dari wilayah Kecamatan Gombong sendiri (lokal) namun  pemasaran produk industrinya sudah menjangkau di luar wilayah kecamatan Gombong . Karena sumber bahan bakulokal sedangkan pemasarannya sudah mencapai luar kecamatan Gombong maka dapat diasumsikan ke dalam industri yang  perkembangannya sedang.
Industri yang berkembang :
a.    Tahu dan Tempe
Industri Tahu dan Tempe banyak terdapat di pinggiran sungai Gombong. Sungai menjadi faktor lokasi berdirinya pabrik tahu dan tempe di mana  limbah akan mudah di buang. Industri yang ada dalam skala sedang maupun besar tergantung modal dan keuntungan yang didapat.  Bahan baku mudah diperoleh dari pasar lokal atau membeli langsung pada masyarakat. Teknologi masih tradisional. Sedangkan pemasarannya sudah sampai di kecamatan lain karena dijual di pasar. Dibutuhkan minimal 3 orang pekerja untuk pembuatannya karena banyaknya proses yang harus dijalani. Sudah ada spesialisasi kerja. Industri ini mengenal kemitraan dan biasanya bermitra dengan  restoran.
b.    Sale Pisang
Industri ini biasanya dimiliki keluarga. Salah satunya milik keluarga Bapak Supriyono. Bahan baku pisang  diperoleh dari kebun tetangga. Teknologi masih tradisional. Faktor lokasi juga menjadi pertimbangan karena pentingnya penyinaran matahari dalam proses pengeringan pisang. Industri ini membutuhkan 1-2 orang untuk membantu pembuatan sale pisang. Sudah ada spesialisasi kerja. Industri yang ada umumnya dalam skala kecil sampai sedang. Pasar yang dijangkau mencapai kecamatan lain karena banyak pesanan datang dari toko-toko di kecamatan lain. Industri ini sudah mengenal mitra baik dengan sesama pembuat sale maupun dengan toko-toko besar. 
c.    Kerajinan Daun Pandan
Industri kerajinan ini terletak di desa-desa di sarah timur laut Gombong meliputi desa Klapagada, Wanasigra, Grenggeng,  dan Kedungpuji.Walaupun menggunakan bahan lokal namun pemasarannya sudah tersebar sampai luar provinsi bahkan sampai ekspor ke luar negeri. Industri ini bersifat rumahan dan dilakukan kebanyakan oleh para ibu. Produk yang dihasilkan seperti berbagai anyaman, tikar, tas, dompet, topi, dsb. Cara pembuatan masih tradisional dan tidak ada spesialisasi Industri kerajinan daun pandan sudah  sudah pasti membutuhkan mitra untuk pendistribusian produk ke luar. Bentuk kemitraan  bisa dalam bentuk sub-kontrak atau mitra dagang.
d.   Pupuk Organik
Industri ini milik perorangan dan berada di desa Kalitengah dan mengambil sumber bahan bakunya yakni sisa-sisa kotoran dari peternakan kambing atau sapi milik penduduk untuk diproses menjadi Pupuk organic. Industri ini membutuhkan modal cukup besar untuk membeli bahan baku dan member upah pekerjanya. Pekerja yang dibutuhkan antara 5-10 orang. Sudah ada spesialisasi. Produk pupuk sudah dipasarkan ke luar wilayah kecamatan Gombong dan Kebumen. Industri ini mengenal mitra dagang.
Kuadran III
Industri pada kuadran III adalah industri yang menggunakan bahan baku dari luar wilayah Kecamatan Gombong  (non-lokal) karena bahan baku lokal tidak mencukupi. Namun,  pemasaran produk industrinya hanya di wilayah kecamatan Gombong saja. Karena sumber bahan baku didatangkan dari luar wilayah Gombong dan pemasarannya hanya bersifat lokal maka dapat diasumsikan ke dalam industri perkembangannya baik.
Industri yang berkembang :
a.    Lanting
Lanting merupakan makanan khas Kebumen. Tingginya permintaan akan lanting sedangkan bahan baku lokal tidak tersedia membuat pengusaha lanting mencari bahan baku sampai di lain kecamatan. Bahan baku tersebut kebanyakan dari Kecamatan Sempor , Karanggayam, dan Karngsambung yang morfologinya Pegunungan dan diantar dalm jumlah 1 colt. Pemasaran Lanting masih bersifat lokal di kecamatan Gombong dan banyak dijumpai di warung-warung. Untuk membuat lanting diperlukan beberapa pekerjayang tersepesialisasi  pada tiap proses pembuatan terutama pada proses pengupasan singkong dan pembentukan bentuk khas lanting yaitu angka “8”
b.    Sosis, Tempura
Industri yang ada  ini hanya dalam skala kecil. Bahan baku daging giling dari luar Gombong. Teknologi yang digunakan menggunakan  mesin. Pembuatan sosis dan tempura hanya dikerjakan oleh 2 orang. Pemasarnnya masih bersifat lokal  hanya penjual jajanan keliling dan warung-warung.
c.    Kikil
Industri ini dikelola bersama oleh keluarga. Bahan baku bisa dari lokal dan sebagian besar diantarkan dari luar daerah dengan truk. Dalam pembuatan kikil masih dengan cara-car tradisional dengan dibakar dan dibersihkan bulu rambut secara manual.  Dalam proses pembuatannya butuh paling tidak 2 pekerja untuk proses pembuatan kikil. Pemasaran masih lokal terbatas kalangan kerabat atau orang yang sedang hajatan.

Kuadran IV
Industri pada kuadran IV adalah industri yang menggunakan bahan baku dari luar wilayah Kecamatan Gombong dan  juga  pemasaran produk industrinya sampai keluar wilayah kecamatan Gombong. Karena sumber bahan baku dan pemasarannya  bersifat non-lokal maka dapat diasumsikan ke dalam industri kurang berkembang.
Industri yang berkembang :
  1. Rokok
Pabrik rokok yang berkembang di Gombong ada 2 yaitu Rokok Sintren dan Rokok Sampoerna. Kedua industri ini menggunakan faktor lokasi dalam pendirian lokasi pabrik.  Untuk Rokok Sintren mengambil lokasi yang dekat dengan jalan raya dan dekat pemberhentian angkot. Itu karena tenaga kerja yang dipakai adalah nenek-nenek tua dimana mereka berangkat kerja berjalan kaki atau naik angkot. Sedangkan Rokok Samapoerna mengambil lokasi di area persawahan karena harga lahan tersebut dianggap lebih murah.  Selain itu juga dekat dengan pemukiman penduduk dengan tujuan mudah dalam mencari tenaga kerja. Kedua perusahaan  mendapat pasokan  bahan baku dari luar daerah Gombong. Pemasarannya sudah mencangkup daerah yang luas sampai di luar provinsi. Pekerja yang digunakan juga banyak mencapai ribuan orang dan terspesialisasi.  Industri ini membutuhkan mitra dagang utnuk menyokong bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan rokok.
b.        Plafon / Ternit
Industri ini begitu berkembang karena semakin banyaknya pembangunan gedung-gedung. Industri Plafon mengambil lokasi di pinggir jalan raya dan dekat sungai. Maksudnya yaitu untuk kemudahan akses dan salran pembuangan. Bahan baku dipasok dari Purwokerto untuk dibentuk di Gombong. Teknologi ang digunakan adalah mesin. Di sini sudah ada spesialisasi kerja. Pemasarannnya hingga di luar kabupaten. Bentuk kemitraan industri ini adalah mitra dagang atau sub kontrak.
c.         Paving, batako, sumur, gorong-gorong
Industri ini milik perorangan dan berlokasi di desa Kalitengah. Bahan baku dasar yaitu pasir diperoleh dari luar Gombong yaitu dari Adimulyo. Proses pembuatan butuh 2-3 orang dan sudah terspesialisasi. Karena pembangunan ada dimana-mana maka usaha ini berkembang dan untuk mendukung kelancaran usaha diperlukan kendaraan jenis colt terbuka atau truk. Dalam pembuatannya digunakan mesin dan pencetak. Pemasaran sudah menjangkau daerah-daerah di luar Gombong sampai pegunungan sekalipun. Industri ini dapat mengembangkan kemitraan dengan perusahaan tertentu untuk kepentingan pembangunan.

E.       KESIMPULAN
Identifikasi perkembangan industri atas dasar nilai bahan pada prinsipnya membuat klasifikasi terhadap unit-unit usaha. Asumsi yang melatarbelakangi adalah semakin besar biaya yang dikeluarkan untuk bahan produksi semakin tinggi skala usahanyanyang berarti semakin besar potensi perkembangan industri.
Kemajuan Industri dapat juga diukur dari tenaga kerja dari sisi kuantitas, kualitas, maupun rasio output Spesialisasi menandakan kemajuan sebuah industri
Modal yang bertambah besar seharusnya direspon dengan adanya peningkatan skala produksi , bertambahnya outpu produksi, dan perlunya memperluas pasar bagi produk yang bertambah.
Teknologi yang digunakan mencerminkan kemajuan sebuah industri. Pada kelompok industri kerajinan , teknologi sering masih tradisional ddan diwariskan ke generasi-generasi berikutnya yang bahkan hampir tanpa peningkatan
Semakin berkualitas suatu produk , jangkauan pemasarannya samakin luas. Produk produk tradisional cenderung memenuhi pasar lokal saja. Dengan adanya perkembangan pemasaran yang lebih kompleks, pengusaha industri perdesaan membtuhkan pembukuan dan manajemen usaha.

F.       DAFTAR RUJUKAN
 2008. Bahan Ajar Geografi Industri. Solo: Prodi Geografi Jurusan PIPS FKIP






















Tidak ada komentar:

Posting Komentar